Halaman

Kamis, 27 Maret 2014

Keindahan Pulau Weh

Keindahan Pulau Weh di Aceh - Diapit oleh terumbu karang yang hidup dan menawan, Pulau Weh belum begitu tersentuh meskipun ukurannya tidak begitu luas dan aksesnya cukup mudah. 

Bisa diibaratkan, keindahan pulau ini adalah taman yang sering dilupakan. Lokasinya berada di pulau paling barat dari NKRI. Terletak di jalan pintu masuk Selat Malaka, pulau yang dulunya merupakan pelabuhan bebas (Free Port Sabang City) ini umumnya merupakan bagian laut dan permata bagi banyak kapal yacht dan kapal pesiar untuk berkunjung dan menikmati pemandangannya yang indah.







Menyelam

Menyelam di Pulau Weh adalah sebuah kegiatan rekreasi yang sangat menyenangkan. Penyelam berpengalaman dan instruktur menyelam telah siap menawarkan berbagai lokasi penyelaman seperti Taman Laut di Pulau Rubiah. Anda akan menemukan banyak hewan laut terutama pari manta, hiu, paus, lumba-lumba dan penyu dan juga pemandagan bawah laut yang menyenangkan.




Datang dan nikmatilah ayunan jaring tempat tidur yang terikat di kedua pohon kelapa di sebuah pulau yang banyak penyelam menyebutnya sebagai alam semesta bawah air yang tak tertandingi (menakjubkan bukan, bagaikan di film-film). Walaupun merupakan pulau kecil, namun akan memberikan anda pengalaman yang besar dengan pengalaman bahari dan air terjun yang ada di dalam hutan
di Pulau Weh. Sebuah pintu gerbang yang akan diingat sebagai Eden oleh anda sendiri.



Berkeliling 
Di Pulau Weh ini, minibus tersedia, sepeda motor dan juga becak roda tiga yang bisa anda gunakan untuk menjelajah pulau yang dipenuhi dengan keindahan ini. Untuk perjalanan yang lebih nyaman, anda juga bisa menyewa mobil.
Untuk menjelajahi pulau Sabang dan pantai, akan lebih menyenangkan jika berjalan kaki, meskipun taksi juga tersedia.

Di Pulau Weh yang Indah tersebut  terdapat setidaknya lima tempat yang menyenangkan yang sayang sekali jika tidak dikunjungi. Lima tempat tersebut adalah Titik Nol Kilometer Wilayah Barat Indonesia, Pantai Sumur Tiga, Pantai Iboih, Pantai Gapang, dan Air Terjun Pria Laut.







Arung Jeram Di Sungai Alas, Gunung Leuser, Aceh

Taman Nasional di Aceh ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang tinggi 3404 meter di atas permukaan laut, meliputi ekosistem  dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diselimuti oleh hutan tropis yang lebat.

Bagi anda penggemar tantangan, anda dapat menyusuri keganasan Sungai Alas yang terletak 165 km Tenggara Takengon ditengah hutan rimbun Taman Nasional Gunung Leuser. Sungai ini mengalir deras berkelok-kelok disertai jeram-jeramnya ke Samudera Hindia.


    

Biasanya perjalanan mengarungi Sungai Alas ini selama 6 jam. Ditengah perjalanan Anda dapat beristirahat di titik-titik tertentu melewati perkampungan tradisional dan boleh jadi juga anda dapat bertemu dengan hewan yang sedang turun minum di tepi sungai, seperti monyet, gajah, burung dan rusa.

Anda dapat mulai mengarungi sungai ini melalui Muarasitulan di Kutacane hingga ke Gelombang dan bagi anda yang sudah professional dapat memulai start dari Angusan dekat dengan Blangkejeran.

Transportasi  :   Menuju Sungai Alas dapat ditempuh melalui dua jalur.

Pertama, jalur darat dari Medan melalui Brastagi dengan waktu tempuh 7 jam.

Kedua, jalur darat melalui Banda Aceh, Takengon, dengan waktu tempuh 14 jam.


Pilihan paling sederhana ke Sungai Alas menggunakan pesawat berbadan kecil melalui Bandara Alas Leuser kemudian lanjutkan perjalanan darat yang lebih dekat rutenya.

Akomodasi

Apabila Anda melakukan pengarungan lebih dari satu hari, anda dapat beristirahat dan memasang tenda di tepi sungai Alas sambil membakar ikan.

Anda juga dapat menginap sambil menikmati suasana hutan yang asri di penginapan  pinggir hutan dekat sungai, tepatnya 15 kilometer arah Barat  Blankenjeren di distrik Gayo Lues. 

Di sini tersedia beberapa gubuk kayu panggung yang masing-masing menampung dua orang. Setiap pondok mempunyai kamar yang luas dan balkon. Ongkos menginap per malamnya sekitar Rp70 ribu per orang. Untuk makan malamnya dikenakan biaya Rp30 ribu per orang sedangkan sarapan Rp15 ribu per orang.


Wisma Cinta Alam dengan dua bungalow di Ketambe yang terletak antara jalan utama Kutacane dan Blangkejeren.

Tips  :   Tindakan pencegahan terhadap malaria penting. Namun jika terjadi infeksi Anda harus menghubungi dokter terdekat. Anda juga perlu memastikan asuransi  kesehatan jiwa Anda.










Selasa, 25 Maret 2014

Keindahan Lembah Harau

Luar biasa. Demikian ungkapan yang terlontar bila kawan baru pertama kali mengunjungi Lembah Harau. 

Betapa tidak, di lokasi ini terdapat tiga air terjun deras yang bermuara pada satu kolam alam besar. Tak hanya itu, tempat ini juga dikelilingi pemandangan alam yang berasal dari perbukitan di daerah tersebut. Indah untuk dilukiskan, Cantik untuk dilihat. 

Pendek kata, Kawan akan menyesal bila suatu saat datang ke Tanah Minangkabau, tanpa mampir ke tempat ini.

Lembah Harau terletak di Kabupaten Lima Puluh Koto, sekitar 15 kilometer dari Payakumbuh atau 47 km timur laut Bukittinggi, Sumatra Barat. 

Lokasi ini mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Di samping itu, perjalanan menuju jurang besar dengan diameter mencapai 400 meter ini juga menyenangkan. Selama perjalanan, Anda dapat melihat tebing-tebing granit unik yang menjulang pada ketinggian antara 80 sampai 300 meter. 

Pokoknya, Anda pasti akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan, hehehe , ,

Tempat ini memang sudah lama menjadi perhatian orang. Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta menjadi bukti kalau lembah ini sudah sering dikunjungi sejak 1926. 

Selain keindahan alam tadi, keelokan lain masih betebaran di sekitar Lembah Harau. Di dataran tingginya, Anda bisa menemukan cagar alam dan suaka margasatwa seluas 270,5 hektare.

Di cagar alam tersebut, banyak terdapat berbagai spesies tanaman hutan hujan tropis. Daerah ini juga dilindungi sejumlah binatang langka asli Sumatra. Monyet ekor panjang, misalnya. 

Selain primata jenis Maccaca Fascicularis itu, bila beruntung, Anda juga bisa menyaksikan harimau Sumatra, beruang, tapir, dan landak. Memang, Lembah Harau menjadi obyek wisata andalan di Kabupaten Lima Puluh Koto.

   ..inilah salah satu lembah terindah di Indonesia

Harau diyakini berasal dari kata ‘parau’, istilah lokal yang artinya suara serak. Dulu, penduduk yang tinggal di atas Bukit Jambu sering menghadapi banjir dan longsor sehingga menimbulkan kegaduhan dan kepanikan. Penduduknya sering berteriak histeris dan akhirnya menimbulkan suara parau. 

Dengan ciri suara penduduknya banyak yang parau didengar maka daerah tersebut dinamakan ‘orau’ dan kemudian berubah nama menjadi ‘Arau’ hingga akhirnya penyebutan lebih sering menjadi ‘harau’.


Lembah Harau memiliki iklim tropis dan tanah yang subur, juga keindahan pemandangan alam yang menawan. Lembah Harau dijuluki Lembah Yosemite di Indonesia karena memiliki keindahan seperti Taman Nasional Yosemite yang terletak di Sierra Nevada California dan telah terkenal ke seluruh dunia.

Ni Dia Screenshootnya . . .






 
 
    
 

   

Senin, 24 Maret 2014

Keindahan Mentawai

Kabupaten kepulauan mentawai

Mentawai, Surganya para Peselancar Dunia di Sumatera.

Kawan, Indonesia memiliki kekayaan bahari tingkat dunia. Mungkin pernyataan ini sering didengung-dengungkan mengingat sebagian besar wilayah kedaulatan Indonesia adalah laut. Tapi tak banyak orang Indonesia tahu tentang potensi besar kelautan negaranya selain bidang perikanan dan wisata pantai. Indonesia memiliki sekitar 600.000 km persegi wilayah terumbu karang dan merupakan negara yang memiliki wilayah terumbu karang yang terluas di dunia.

Masih tentang karang, Indonesia memiliki Kepulauan Takabonerate di Sulawesi Selatan, yang merupakan gugusan karang atol terbesar ketiga yang ada di dunia loh, setelah atol Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Perairan samudera di sekeliling Indonesia juga memiliki potensi yang diakui di dunia internasiona!. 

Laut yang ada di Kepulauan Mentawai, oleh para berbagai organisasi selancar air ditetapkan sebagai tempat yang memiliki ombak terbaik ketiga di dunia setelah Hawai dan Tahiti, wow bukan ??

Kepulauan Mentawai merupakan sebuah kabupaten di Propinsi Sumatera Barat. Mentawai berada pada jarak 150 km di lepas pantai Pulau Sumatera. Kabupaten seluas 601 km² ini didiami oleh 64.235 jiwa yang sebagian besar adalah masyarakat asli. 

Kepulauan Mentawai terdiri dari 213 pulau dengan 4 pulau utama yaitu Siberut, Sipora, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Beribukota di Tua pejat, Kabupaten Mentawai terbagi menjadi 4 kecamatan dan 40 desa.

Hingga saat ini, sebagian besar wilayah daratan Kepulaun Mentawai masih berupa hutan. Karena telah melalui sejarah geologis yang panjang, Mentawai memiliki beberapa spesies endemik yang dilindungi. 

Tercatat ada duapuluh spesies endemik yang hidup di kepulauan ini. Empat diantaranya adalah primata, yaitu Simakobu atau monyet ekor babi (Simias concolor), Bilou atau siamang kerdil (Hylobates klossii), Joja atau lutung Mentawai (Presbytis potenziani), Bokkoi atau beruk Mentawai (Macaca siberut).

Untuk melindungi keberadaan berbagai spesies endemik tersebut, setengah bagian wilayah Mentawai telah ditetapkan sebagai Taman Nasional Siberut. 

Keberadaan Taman Nasional dan hutan hujan yang asri di kepulauan ini secara langsung mendukung berbagai kehidupan di pantai dan laut, termasuk sektor pariwisata. Selama ini, banyak turis yang datang untuk menikmati berbagai atraksi di wilayah pantai juga sangat terkesan akan keaslian dan keasrian hutan Mentawai.

Kepulauan Mentawai memiliki garis pantai sepanjang 758 km. Potensi utama Kepulauan Mentawai adalah ombaknya yang bergulung-gulung dan sangat sesuai untuk dijadikan tempat selancar air (Surfing). Potensi Kepulauan Mentawai ini mulai terungkap ketika pada pertengahan 90-an, beberapa peselancar asal Australia berkunjung dan melihat ombak yang belum pernah mereka sangka ada di Mentawai. Para peselancar tersebut akhirnya menyebarluaskan penemuan dan beberapa dari mereka bahkan mendirikan beberapa resort pantai untuk melayani wisatawan manca yang ingin berselancar di Mentawai.
Ini Penampakannya




(photo by google)

Posisi geografis Kepulauan Mentawai di lepas pantai Sumatera Barat memberi keuntungan tersendiri bagi pengembangan wisata olahraga ekstrem. Letaknya yang langsung Menghadap Samudera Hindia menganugerahi Kepulauan Mentawai ombak yang konsisten sepanjang tahun. Waktu antara April-Agustus yang bertepatan dengan libur musim panas di Eropa adalah waktu yang paling baik untuk berselancar.

Pada musim tersebut, ombak Mentawai bisa mencapai tinggi enam meter dan hal ini merupakan yang paling dicari oleh para peselancar air. Kepulauan Mentawai tercatat memiliki 400 titik selancar yang sering dijadikan lokasi berselancar oleh para surfer. Dari 400 titik selancar, 23 titik diantaranya memiliki ombak berskala internasional. Daerah tersebut tersebar antara lain di daerah Nyang-Nyang, Karang Bajat, Karoniki, Pananggelat dan Mainuk (Pulau Siberut), Katiet Basua (Pulau Sipoira) dan Pagai Utara (Pulau Sikakap).


Pengakuan yang diberikan oleh dunia internasional pada ombak mentawai bisa dilihat dari even selancar yang diadakan di kepulauan ini. Tiap tahun, Mentawai ditunjuk sebagai penyelenggara World Champions Surfing Series atau Seri Kejuaraan Dunia Selancar Air yang dijadwalkan tiap bulan Agustus. Dengan adanya kejuaraan ini, Mentawai bisa menjaring 3000 wisatawan asing pada 2007. Sebanyak 60% dari wisatawan yangdatang berasal dari Australia, 39% dari Amerika Serikat, dan sisanya dari Eropa, dan Asia. Tiap wisatawan rata-rata menghabiskan US$ 2.500 selama berselancar di Mentawai.

Untuk menjamin kenyamanan dan keamanan para peselancar, pengelola dan pemerintah daerah mengadakan beberapa fasilitas penunjang. Fasilitas penunjang yang paling signifikan adalah ditetapkannya 60 spot ombak eksklusif yang tersebar di berbagai sudut pulau. Spot ombak eksklusif adalah tempat selancar yang dibatasi pemakainya maksimal 10 orang. Hal ini untuk menghindari kecelakaan yang mungkin terjadi ketika peselancar bertabrakan sewaktu beraksi.

Selain menetapkan spot ombak eksklusif, pengelola juga mendirikan resor-resor pantai dan berbagai fasilitas pendukung lain untuk mejamin kenyamanan wisatawan. Diantara resor yang ada di Kepulauan Mentawai, terdapat nama-nama antara lain Makaroni di Pulau Silabu, Kandui di Pulau Nyang Nyang, Saraina Kota Mentawai, serta Alloyta di Pulau Simakakang, dan Surfing Ground di Katiet. Selain penginapan bernuansa resort, restoran, bar, yang didesain khas Mentawai.
Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat, Indonesia. Kabupaten ini dinamai sedemikian menurut nama asli geografisnya. Kabupaten yang berbentuk kepulauan ini terletak ±150 km di Samudra Hindia yang terdiri dari kelompok pulau utama yaitu Pulau Siberut, Sipora, Kepulauan Pagai Utara, dan Kepulauan Pagai Selatan (masing-masing memiliki pulau-pulau kecil) yang dihuni oleh masyarakat suku Mentawai di lepas pantai Sumatra Barat.

Kabupaten ini memiliki luas wilayah 601 km² dan populasi 64.235 jiwa. Ibu kotanya berada di Tuapejat. Kabupaten ini terbagi menjadi empat kecamatan dan 40 desa.

Suku Mentawai adalah penghuni asli Kepulauan Mentawai. Sebagaimana suku Nias dan suku Enggano, mereka adalah pendukung budaya Proto-Melayu yang menetap di Kepulauan Nusantara sebelah barat. Daerah hunian warga Mentawai, selain di Mentawai juga di Kepulauan Pagai Utara dan Pagai Selatan. Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya.

Nih saya kasih foto-fotonya biar gak penasaran . . 


  
          

 



(photo by google)